Rabu, 15 Oktober 2014

[K-LYRIC] Jung Yonghwa – 넌 내게 반했어 Neon naege banhaesseo (OST YOU’VE FALLEN FOR ME); Indonesian translation

우연히도 그렇게 우리 시작됬나봐 uyeonhido geureoke uri sijakdoennabwa 처음엔 사랑일꺼라고 꿈에도 몰랐는데 그게 사랑일줄이야 cheoeumen sarangilkkeorago kkumedo mollanneunde geuge sarangiljuriya 심장이 막 자꾸만 두근두근 거리고 simjangi mak jakkuman dugeundugeun georigo 날보면 미소만 흐르고 니맘도 모르게 날 사랑하게 된거야 nalbomyeon misoman heureugo nimamdo moreuge nal saranghage doengeoya 넌 내게 반했어 반했어 달콤한 내사랑에 녹아버렸어 neon naege banhaesseo banhaesseo dalkomhan naesarange nogabeoryeosseo 넌 내게 반했어 반했어 황홀한 내 눈빛에 취해버렸어 neon naege banhaesseo banhaesseo hwangholhan nae nunbiche chwihaebeoryeosseo see my eyes 넌 내게 빠졌어 see my eyes neon naege ppajyeosseo see my eyes 넌 내게 반했어 see my eyes neon naege banhaesseo 사랑은 늘 갑자기 운명처럼 오나봐 sarangeun neul gapjagi unmyeongcheoreom onabwa 어느날 찾아온 소나기처럼 날 적셔놓고 그게 사랑일줄이야 eoneunal chajaon sonagicheoreom nal jeoksyeonoko geuge sarangiljuriya 눈감아도 자꾸만 문득문득 떠올라 nungamado jakkuman mundeungmundeuk tteoolla 빨개진 얼굴을 볼때면 니맘도 모르게 날 사랑하게 된거야 ppalgaejin eolgureul bolttaemyeon nimamdo moreuge nal saranghage doengeoya 넌 내게 반했어 반했어 달콤한 내사랑에 녹아버렸어 neon naege banhaesseo banhaesseo dalkomhan naesarange nogabeoryeosseo 넌 내게 반했어 반했어 황홀한 내 눈빛에 취해버렸어 neon naege banhaesseo banhaesseo hwangholhan nae nunbiche chwihaebeoryeosseo see my eyes 넌 내게 빠졌어 see my eyes neon naege ppajyeosseo see my eyes 넌 내게 반했어 see my eyes neon naege banhaesseo 나도 널 사랑해 사랑해 이제 널 사랑한다 고백할 거야 nado neol saranghae saranghae ije neol saranghanda gobaekhal geoya 나도 널 사랑해 사랑해 내맘이 사랑한다 말하고 있어 nado neol saranghae saranghae naemami saranghanda malhago isseo see your eyes 나만 바라봐줘 see your eyes naman barabwajwo see your eyes 난 너를 사랑해 see your eyes nan neoreul saranghae (see my eyes) 이시간이 지나도 영원히 (see my eyes) isigani jinado yeongwonhi (see my eyes) 나도 모르게 넌 내게 반했어 (see my eyes) nado moreuge neon naege banhaesseo INDONESIAN TRANSLATION Permulaan yang sepertinya kebetulan untuk kita Pada awalnya, aku tidak tahu bahwa akan menjadi cinta bahkan dalam mimpi, tapi itulah cinta Jantungku terus menerus berdebar-debar. (kau) terus tersenyum jika melihatku, hatimupun menjadi mencintaiku tanpa kuketahui Kau jatuh cinta padaku, jatuh cinta, meleleh dalam cintaku yang manis Kau jatuh cinta padaku, jatuh cinta, mabuk dalam sinar mataku yang mempeseona Lihat mataku, kau terjatuh padaku Lihat mataku, kau jatuh cinta padaku Cinta selalu datang tiba-tiba seperti takdir Seperti hujan sehari yang membasahiku, itulah cinta Meskipun memejamkan mata, hal ini terjadi dari waktu ke waktu Saat (aku) melihat wajahmu yang menjadi merah, hatikupun tidak tahu jika kau menjadi mencintaiku Kau jatuh cinta padaku, jatuh cinta, meleleh dalam cintaku yang manis Kau jatuh cinta padaku, jatuh cinta, mabuk dalam sinar mataku yang mempeseona Lihat mataku, kau terjatuh padaku Lihat mataku, kau jatuh cinta padaku Akupun mencintaimu, mencintaimu, saat ini (aku) akan mengaku mencintaimu Akupun mencintaimu, mencintaimu, hatiku berkata mencintaimu Lihat matamu, (kau) hanya memandangku Lihat matamu, aku mencintaimu (lihat mataku) meskipun saat ini berlalu untuk selamanya (lihat mataku) akupun tidak tahu jika kau jatuh cinta kepadaku KOSAKATA : 우연히 (uyeonhi): kebetulan 시작 (shijak): mulai 처음 (cheoeum); awal 꿈에 (kkume): dalam mimpi 모르다 (moreuda): tidak tahu 심장 (shimjang): jantung 자꾸 (jakku): terus menerus, berulang kali 두근두근 거리다 (dugeun dugeun georida): berdebar-debar 보다 (poda): melihat 면 (myeon): jika 미소 (miso): senyum 흐르다 (heureuda): mengalir 반하다 (panhada): jatuh cinta 달콤하다 (talk’omhada): manis 녹다 (nokta): meleleh 황홀 (hwahol): rasa terpesona 눈빛 (nunbit): sinar mata 취하다 (chwihada):mabuk 빠지다 (ppajida): jatuh 늘 (neul): selalu 갑자기 (kaptchagi): tiba-tiba 운명 (unmyeong): takdir, nasib 처럼 (cheoreom): seperti 오다 (oda): datang 어느날 (oneunal): satu hari, sehari 찾아오다 (chajaoda): datang, mengunjungi 소나기 (sonagi): hujan 적시다 (jeokshida): membasahi 눈 (nun): mata, salju 감다(kamta): tutup mata, pejam 자꾸 (jakku); terus menerus, berulang kali 문득문득 (mudeukmudeuk): dari waktu ke waktu, seringkali 떠올리다 (tteoollida): muncul, timbul, mengapung, terjadi 빨개진 (ppalkaejin): menjadi merah 얼굴 (eolgul): wajah 보다 (poda): melihat ㄹ때면 (l ttaemyeon); saat 이제 (ije): saat ini 고백 (gobaek): pengakuan 말하다 (marhada): mengatakan 바라보다 (paraboda): memandang 이시간 (ishigan): saat ini 지나다 (jinada): berlalu 영원히 (yonwonhi): selamanya

Rabu, 17 September 2014

Serba-Serbi Keping Salju

Butir-butir itu terus berjatuhan turun…
Dengan penuh takjub, Fandi memandangi gedung-gedung yang berlalu lalang, dari balik jendela bus. Tidak hanya gedung, orang-orang pun masih banyak yang berjalan mengiringinya. Semuanya berpadu di luar sana, bergerak menembus badai yang menerpa. Butir-butir putih yang melaju gesit tampak tak dihiraukan oleh mereka yang terus berjalan.
Bus kembali berhenti, kali ini di depan kampus. Dengan muka sumringah, Fandi bergerak gesit untuk membayar dan segera turun. Bersama teman seperjalanannya, Dimas, yang sudah setahun tinggal di kota itu, Fandi keluar dan menghadapkan diri pada butir-butir putih. Butir putih, yang terus menghujam bumi dengan galak sejak tadi.
“Kau sepertinya terlalu bersemangat, Fandi,” ucap Dimas yang terakhir turun dari bus.
“Bagaimana tidak semangat,” seru Fandi dalam langkahnya yang menghentak-hentak dahsyat. Mungkin dia merasa sedang membawa sang saka di tengah lapangan upacara. “Aku belum pernah lihat salju sebelumnya, Dim.”
Dasar anak baru, “ Dimas menghela nafas, “Menurutmu ini salju? Ini bukan salju lho.”
Langkah Fandi yang dihentak-hentak mendadak loyo, “Bukan salju?”
***
Snowflakes (http://www.design-laorosa.com/2013/02/high-def-photos-of-snowflakes-close-up.html)

Satu hal yang cukup menarik tentang salju adalah bahwa ia cukup dikenal, bahkan di negara-negara tropis yang notabene identik dengan cuaca panas sepanjang tahun. Di Indonesia sendiri, dengan pengecualian sebuah keterangan “di puncak Jayawijaya” yang sering tertulis di buku pelajaran sekolah, praktis tidak ada bentangan es yang terhampar. Tentu saja kita harus mencoret opsi kulkas, yang sama sekali tidak berkaitan dengan ‘cuaca’.
Mungkinkah ada kaitannya dengan mudahnya akses informasi? Atau, ini berkaitan dengan tidak turunnya salju di wilayah tropis? Banyak kesimpulan yang mungkin mempengaruhi.
Butir Air Lebih Dingin dari Es?
Kebanyakan orang mengenali salju sebagai analogi hujan yang turun pada saat suhu udara cukup dingin. Oleh karenanya, syarat-syarat umum yang diperlukan untuk turunnya sebuah hujan secara umum bisa digunakan sebagai syarat turunnya salju di suatu daerah, dengan tambahan kriteria berupa suhu mendekati 0~^\circ{\rm C}. Komposisi standar hujan sendiri berupa sekumpulan besar uap air dan gaya yang mengangkat uap air ini lebih tinggi ke atmosfer. Gaya angkat ini membawa uap air ke bagian atmosfer yang lebih dingin sehingga uap air mengembun menjadi butir-butir air. Kumpulan butir air ini kemudian tampak sebagai awan.
Dalam kasus hujan, cerita berjalan dengan cukup sederhana. Butir-butir air akan bergabung satu sama lain. Suatu saat butir-butir air ini sampai pada suatu kondisi yang terlalu berat untuk bertahan dalam awan, terpengaruh gravitasi untuk terjun menuju Bumi. Akan tetapi, dalam kasus salju, ceritanya sedikit berbeda.
Mungkin mudah terbayang, dalam suhu yang cukup dingin, butir-butir air ini bisa juga membeku menjadi kristal es. Sedingin apa? Nol derajat Celsius? Rupanya tidak begitu! Mari kita bongkar: butir-butir air murni baru benar-benar membeku ketika suhu sudah turun hingga -48~^\circ{\rm C}. Mulai dari suhu itu, butir air akan membeku secara otomatis.
Tapi selama ini air membeku di suhu 0~^\circ{\rm C}, bukan -48~^\circ{\rm C}? Benar, suhu 0~^\circ{\rm C} adalah suhu es meleleh, dan air cair membeku. Buktinya, termometer Celsius, yang skalanya dibuat berdasarkan titik beku dan didih air, mencatat titik beku air pada nol derajat.
Lalu, bagaimana butir air bisa bertahan dalam wujud cair hingga suhu sedingin itu?
Perbedaan yang menentukan dalam hal ini adalah kemurnian butir air terkait. Pada butir air yang hampir murni, di mana-mana hanya ada molekul air yang seragam dan kedinginan. Karena nyaris tak ada perbedaan dalam kelompok besar air tersebut, molekul-molekul air ini merasa nyaman dengan keadaannya, dan tak tertarik untuk bersatu membangun kristal es.
Proses nukleasi, berupa gelembung karbon dioksida yang enempel pada cincin. Gambar dari: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Nucleation_rings.jpg
Proses nukleasi, berupa gelembung karbon dioksida yang enempel pada cincin. Gambar dari: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Nucleation_rings.jpg
 Supaya molekul air tersebut segera berpadu membangun kristal es tanpa mendingin hingga -48~^\circ{\rm C}, diperlukan “gangguan” dari pihak luar. “Gangguan” yang paling umum dalam kasus ini adalah memberikan setitik ketidakseragaman pada butir air terkait, misalnya dengan menambahkan sebutir debu mikroskopis. Penambahan sebutir debu mikroskopis akan mengganggu ‘kenyamanan’ molekul yang berdiam dalam butiran air, dan mendorong molekul-molekul air untuk bergabung. Molekul yang bergabung dengan debu mikroskopis ini tidak suka berdesak-desakan sehingga mereka akan mengatur posisi mereka dengan teratur dan rapi, menjalani sebuah proses yang disebut “nukleasi“, yang secara bahasa berarti “pembentukan inti”. Selama suhu lingkungan masih di bawah 0~^\circ{\rm C}, nukleasi akan terus berlangsung sedemikian rupa sehingga paduan molekul air yang tersusun rapi itu membentuk sebuah kristal es.
(Tambahan: proses nukleasi juga berperan dalam pembentukan buih di dasar panci berisi air yang sedang mendidih, atau dalam botol soda, dll.)
Hujan Dingin, Belum Tentu Salju
Sekarang, andaikata awan sudah menampung sekian banyak kristal es yang terus tumbuh, sebagaimana yang terjadi pada butir air hujan, kristal es ini terus tumbuh hingga terlalu berat untuk tetap menghuni awan. Maka, beramai-ramailah kristal es berjatuhan ke Bumi, sembari ‘merekrut’ butir-butir air yang mungkin dijumpai.
Tentunya, atmosfer Bumi bukanlah satu kesatuan massa udara yang seragam. Kadar air di satu bagian atmosfer dapat berbeda dengan kadar air di bagian lain. Temperatur di satu lapisan atmosfer pun juga berbeda dengan temperatur di lapisan lainnya. Perbedaan ini, terutama yang berkaitan dengan temperatur, menghasilkan 4 jenis presipitasi (hasil pengembunan uap air di atmosfer yang jatuh kembali ke muka Bumi) pada musim dingin.
Jenis-jenis presipitasi dalam musim dingin. Daerah oranye mewakili massa udara hangat (suhu di atas 0°C), sementara daerah biru mewakili massa udara dingin (suhu di bawah 0°C). Gambar dari: http://blog.chron.com/weather/2014/01/whats-the-difference-between-freezing-rain-sleet-and-ice-pellets/
Jenis-jenis presipitasi dalam musim dingin. Daerah oranye mewakili massa udara hangat (suhu di atas nol derajat celcius), sementara daerah biru mewakili massa udara dingin (suhu di bawah nol derajat celcius). Gambar dari: http://blog.chron.com/weather/2014/01/whats-the-difference-between-freezing-rain-sleet-and-ice-pellets/
Keempat jenis presipitasi dibedakan oleh keberadaan massa udara hangat (di atas 0~^\circ{\rm C}) pada perjalanannya menuju muka Bumi:
  • ŸPada kondisi pertama, massa udara hangat dominan menguasai jalur sang kristal es, termasuk di dekat tanah, sehingga kristal es tersebut segera mencair dan tetap dalam keadaan cair saat ia menyentuh muka Bumi. Jenis yang ini dikenal sebagai hujan.
  • Kondisi kedua, alih-alih ditemani massa udara hangat sepanjang perjalanan, butir kristal es yang telah mencair itu kembali bertemu massa udara dingin. Butir-butir air tidak sempat membeku sebelum mencapai segenap muka Bumi, tetapi membeku setelah bersentuhan dengan objek-objek di permukaan, melapisinya dengan es. Jenis yang ini dikenal sebagai ‘hujan beku’ (freezing rain).
  • Kondisi ketiga, massa udara hangat yang dihadapi butir kristal es tidak setebal pada kondisi pertama dan kedua. Karenanya, butir kristal es yang telah meleleh itu bisa kembali membeku, membentuk butir-butir kecil es. Jenis ini dikenal sebagai ‘sleet‘, yang bisa diartikan sebagai “hujan es” menurut Wikipedia dalam bahasa Melayu.
  • Kondisi keempat, tidak ada massa udara hangat yang signifikan untuk melelehkan kristal es sehingga kristal ini bisa mencapai permukaan Bumi tetap dalam bentuk kristal. Bentuk ini yang biasa disebut salju.
Khusus bagi kondisi ketiga, mungkin di antara kita ada yang akan membandingkannya dengan ‘hujan es’ yang kadang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, atau istilah bahasa Inggrisnya ‘hail‘. Namun, hail berbeda dengan sleet berdasarkan besar partikel es yang dijatuhkan. Sleet cenderung lebih kecil, kurang lebih sebesar kepala jarum, sementara hail kadang-kadang bisa mencapai ukuran kelereng atau lebih.
Selain itu, sleet bisa terjadi pada semua awan yang membawa cukup cadangan air, sementara hail hanya terbentuk dalam awan badai yang dikenal dengan nama kumulonimbus. Ukuran keping hujan es yang cukup besar adalah hasil dari pergerakannya yang berputar-putar antara bagian bawah dan atas awan, yang temperaturnya cukup untuk membekukan butir-butir air yang ada.
Awan kumulonimbus, dipotret dari Tokyo, 20 Agustus 2007. Selain bahaya hujan es (hail), awan ini juga identik dengan kondisi badai petir dan angin kencang. Gambar dari: http://www.flickr.com/photos/altus/1193761206/
Awan kumulonimbus, dipotret dari Tokyo, 20 Agustus 2007. Selain bahaya hujan es (hail), awan ini juga identik dengan kondisi badai petir dan angin kencang. Gambar dari: http://www.flickr.com/photos/altus/1193761206/
Sesuai dengan karakteristiknya, sleet hanya terjadi ketika suhu udara dekat tanah berada di bawah titik beku. Di sisi lain, hail tetap bisa terjadi ketika suhu udara berada jauh di atas titik beku (di atas 15~^\circ{\rm C}) karena keping-keping es yang terbentuk cukup besar sehingga berpeluang tidak habis mencair sebelum sampai ke muka Bumi.
Keping Salju yang Nyentrik
Sebelumnya sempat dibahas bahwa perbedaan kondisi atmosfer dalam perjalanan sebutir kristal es bisa menghasilkan perbedaan tertentu. Perbedaan yang muncul tersebut, pada gilirannya, ikut membentuk keping-keping salju yang berjatuhan dengan bentuknya masing-masing yang unik.
Dalam perjalanannya jatuh ke muka Bumi, si keping salju senantiasa ‘merekrut’ butir-butir air yang ia temui di perjalanannya. Bagaimana dan di mana butir-butir ini bergabung memperluas kristal salju akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan ketika satu per satu butir air bergabung padanya.
Penelitian dan rasa kepo orang-orang akan wujud keping salju ini mendapat banyak kemajuan ketika Wilson A. Bentley (1865-1931) memublikasikan karya fotografinya, yang memanfaatkan mikroskop untuk memotret hingga 5.000 keping salju. Hasil foto Bentley menunjukkan keberagaman yang begitu luas antar bentuk-bentuk keping salju yang terpotret, meskipun secara umum bentuk-bentuk keping salju yang demikian beragam itu kemudian dikelompokkan pada tahun 1951. IACS (International Association of Cyrospheric Sciences) adalah organisasi yang mengelompokkan bentuk-bentuk keping salju ke dalam 10 bentuk umum.
Klasifikasi 10 bentuk umum keping salju oleh IACS. Gambar dari:http://earthsky.org/earth/how-do-snowflakes-get-their-shape
Klasifikasi 10 bentuk umum keping salju oleh IACS. Gambar dari: http://earthsky.org/earth/how-do-snowflakes-get-their-shape
Berbagai studi lebih lanjut oleh Kenneth Libbrecht, profesor fisika di California Institute of Technology, menyibak lebih lanjut hubungan antara kondisi udara (terutama kelembapan dan suhu) dengan bentuk keping salju yang dihasilkan. Secara umum, makin kering dan dingin kondisi udara saat pembentukan, makin sederhana bentuk keping salju yang terbentuk.
Ed35-fisika-6
Hubungan antara kelembapan udara, suhu, dan bentuk keping salju yang terbentuk. Gambar dari: http://earthsky.org/earth/how-do-snowflakes-get-their-shape.
 Melihat sensitivitas yang ada dalam proses ini, bisa disimpulkan, bahwa secara praktis akan sangat sulit mendapatkan dua keping salju yang identik. Kalau yang nyentrik… mungkin banyak… Tetapi, dari sekian banyak keping salju tersebut, ataupun sepuluh bentuk yang disetujui pengelompokannya, semua keping salju ini mematuhi tata letak kristal yang sama, yaitu segienam. Bentuk segienam ini sendiri berasal dari susunan atom hidrogen dan oksigen penyusun molekul air, yangseluruhnya tertata dalam bangun-bangun segienam, sehingga pada akhirnya menjadi kesatuan keping salju yang juga berbasis bentuk segi enam.
Dengan demikian, jika kita diberi gambar keping salju dengan tata kristal segilima, atau tujuh, kemungkinan besar itu bukan keping salju sungguhan. Meskipun terkadang keping salju bersudut tiga atau dua belas bisa terbentuk.
Bonus: Jika ingin menikmati suguhan lebih mengenai proses terbentuknya kristal es, kita bisa simak video pendek dari Vyacheslav Ivanov, yang menampilkan pertumbuhan sekeping salju:
http://www.iflscience.com/chemistry/watch-snowflake-form-your-eyes .
Bahan bacaan:
Penulis:
Gianluigi Grimaldi Maliyar,  mahasiswa Tohoku University, Jepang.
Kontak: gian.gmaliyar(at)gmail(dot)com.

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PRINSIP EKOEFISIENSI

A. Bentuk-Bentuk Kerusakan Sumber Daya Alam Sebagai Berikut:
1. Pertanian dan Perikanan
Contoh:
a. Penggundulan hutan untuk pertanian ladang berpindah mengakibatkan tempat yang ditinggalkan menjadi kurang subur dan ditumbuhi alang-alang. Akibatnya terjadi pengikisan pada musin hujan dan kekeringan air di musim kemarau.
b. Penangkapan ikan dengan pukat harimau dan bahan peledak yang berakibat mengurangi jenis-jenis ikan dan bibit-bibit ikan bahkan ikan besarpun akan mati.
2. Teknologi dan Industri
Perkembangan teknologi yang pesat akan mempercepat dalam mempermudah manusia dalam mengolah alam. Pemanfaatan teknologi yang tidak tepat dan tidak sesuai dapat mengubah lingkungan menjadi buruk.
Contoh traktor dapat mempermudah dan mempercepat dalam membajak sawah. Namun, disisi lain traktor juga membawa dampak negatif. Traktor membawa buangan oli, bahan bakar, dan sebagainya yang dapat merusak lingkungan.
3. Pencemaran
Pencemaran dapat menimbulkan gangguan ringan dan berat terhadap mutu lingkungan hidup manusia. Jenis-jenis pencemaran ada empan yaitu pencemaran udara, air, tanah, dan suara. Di Negara maju pembuangan rongsokan mobil dan barang yang tidak terpakai menjadi masalah. Misalnya, benda yang dibuang dan dibakar menyebabkan terjadinya pencemaran udara sehingga kadar CO2 di udara tinggi, sedangkan partikel-partikel halus dalam asap akan memberikan pengaruh buruk. Dewasa ini kadar CO2 di dunia mengalami kenaikan 20 %. Hal tersebut di duga menjadi penyebab kenaikan suhu dimuka bumi.
4. Banjir
Banjir sering terjadi saat musim hujan ketika curah huja tinggi, dan dapat merusak saluran irigasi, jembatan, jalan, rumah penduduk dan areal pertanian. Selain itu, hewan dan manusia pun menjadi korban.
Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:
a. Penggundulan hutan
b. Membuang sampah sembarangan
c. Tertutupnya tanah perkotaan dengan beton dan aspal
d. Rusaknya tanggul sungai
5. Gunung Meletus
Material yang dikeluarkan akibat gunung berapi akan merusak lingkungan.
a. Lahar panas akan merusak segala sesuatu yang dilewati
b. Lahar dingin dapat merusak areal pertanian dan permukiman penduduk serta bangunan-bangunan lain.
c. Abu gunung api yang bertebaran di udara dapat mengganggu kesehatan dan lalu lintas
6. Gempa Bumi
Getaran gempa atau gerak kulit bumi yang kuat akan menimbulkan kerusakan lingkungan antara lain:
a. Rusaknya sarana dan prasarana kehidupan,antara lain: jalan raya, jembatan dan permukiman penduduk.
b. Terputus atau rusaknya jaringan telekomunikasi dan jaringan listrik.
7. Angin Topan
Contoh angin topan adalah angin lesus (Indonesia), taifun (Jepang), mistral (Perancis), tornado (Amerika), hurricane (Florida), dan willys (Australia). Angin topan dapat menimbulkan kerusakan, antara lain:
a. Merobohkan bangunan rumah dan gedung yang kurang kuat.
b. Membahayakan penerbangan.
c. Membahayakan pelayaran.
d. Merusak areal hutan, perkebunan dan pertanian.
e. Jika angin bersifat kering dan panas (fohn), dapat merusak tanaman.
8. Musim Kemarau
Musim kemarau yang panas dan panjang dapat merusak lingkungan hidup antara lain:
a. Sumber air kering
b. Sungai, danau dan air dalam tanah kering sehingga merugikan pertanian.
c. Banyak tumbuh-tumbuhan mati sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup.
d. Daun dan batang pohon menjadi kering sehingga mudah menimbulkan kebakaran hutan.

B. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BERDASARKAN PRINSIP BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN
Sumber daya alam perlu dilestarikan untuk mendukung kelangsungan hidup makhluk hidup, usaha-usaha untuk menjaga sumber daya alam sebagi berikut:
1. Penghijauan dan Reboisasi
Usaha penghijauan dan reboisasi hutan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah dan udara. Keuntungan pelaksanaan penghijauan antara lain sebagai berikut:
a. Tumbuh-tumbuhan dapat menyaring dan mengatur air, mencegah banjir, dan menimbulkan mata air.
b. Tumbuh-tumbuhan dapat menyuburkan tanah karena daun yang gugur dan membusuk akan membentuk humus dan akar tanaman dapat mencegah erosi serta tanah longsor.
c. Tumbuh-tumbuhan menimbulkan usara segar karena tumbuhan menghirup CO2 dan melepaskan O2 untuk keperluan manusia dalam bernafas.
2. Sengkedan atau terasering
Sengkedan dibuat untuk mencegah erosi dan berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah daerah miring dan berbukit-bukit.
3. Pembangunan daerah aliran sungai (DAS)
Daerah aliran sungai merupakan daerah yang sering terjadi pengikisan lapisan tanah oleh arus sungai. Usaha pengendalian daerah aliran air sungai antara lain:
a. Mengadakan reboisasi
b. Membuat bendungan dan saluran irigasi yang teratur.
c. Tindakan tegas terhadap perusak lingkungan yang diatur dalam UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Pengelolaan air limbah
Air limbah berasal dari rumah tangga, industri dan pabrik air limbah yang dibuang ke tanah dapat merembes, masuk ke tanah dan bercampur dengan air tanah. Akibatnya, dapat membahayakan manusia. Beberapa gangguan yang ditimbulkan antara lain:
a. Kesehatan, bibit penyakit yang bisa ditularkan melalui air limbah contoh: kolera, disentri, dan tipus.
b. Keindahan, limbah menyebabkan bau tidak sedap dan juga mengganggu keindahan lingkungan sekitarnya.
c. Karat atau aus, air limbah yang mengandung gas CO2 mempercepat karat atau aus benda-benda yang terbuat dari besi
d. Kehidupan biotik, air limbah mengganggu perkembangan kehidupan karena beracun sehingga dapat mematikan makhluk hidup.
Usaha-usaha untuk mengatasi air limbah adalah sebagai berikut:
a) Lokasi industri harus jauh dari permukiman penduduk,
b) Diwajibkan memasang peralatan pengendali air (water treatment) untuk pabrik yang menimbulkan air limbah.
c) Lokasi industri harus dijauhkan dari peredaran yang berhubungan dengan sumber air minum penduduk.
d) Mencegah saluran air limbah jangan sampai bocor,
e) Menemukan sumber bahan racun dan melakukan netralisasi secara kimia.
f) Unsur yang tidak dapat dinetralisasi harus dibuang dengan jalan ditanam atau dipendam dalam tanah yang jauh dari air.
5. Penertiban pembuanagan sampah
Sampah dapat menimbulkan permasalahan seperti sarang penyakit, menimbulkan bau busuk, dan mengganggu pandnagan mata. Oleh karena itu, sampah harus dibuang ditempat yang ditentukan dan jangan sampai mengganggu lingkungan kehidupan. Usaha-usaha untuk pemusnahan sampah antara lain:
a. Dibakar
b. Untuk makanan ternak (sisa makanan, sayuran dan buah-buahan)
c. Untuk biologis
d. Untuk bahan pupuk.
C. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Ekoefisiensi
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, pemanfaatan Sumber Daya Alam harus dilakukan secara ekoefisiensi, artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisiensi dan emmikirkan kelangsungan dan kelanjutan Sumber Daya Alam tersebut. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk mewujudkan kelestarian Sumber Daya Alam sehingga mendukung kesejahteraan manusia.
Dikarenakan Indonesia masih merupakan Negara berkembang, Indonesia masih mengalami berbagai macam hambatan-hambatan dalam proses pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia yang masih kurang. Berikut ini hambatan-hambatan umum yang dihadapi Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam yaitu:
1. Kurangnya tenaga ahli dalam bidang Sumber Daya Alam.
2. Mahalnya sarana prasarana untuk pengelolaan Sumber Daya Alam.
3. Kerjasama dengan perusahaan asing yang merugikan.
4. Transportasi ke Daerah Sumber Daya Alam terbatas mengingat Indonesia merupakan kepualauan.
5. Sumber daya manusia yang belum memenuhi klasifikasi.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi terbagi dalam beberapa hal yaitu:

1. Kebutuhan manusia dan kualitas lingkungan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia tidak lepas dari keterkaitan dengan lingkungan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Manusia secara umum ingin emmenuhi kebutuhan, bahkan sampai pada tingkat pemenuhan kebutuhan yang paling tinggi. Hal ini di dukung oleh daya dukung lingkungan yang memadai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan hidup yaitu:
a. Jenis dan jumlah unsur lingkungan hidup.
b. Interaksi antar unsur lingkungan hidup.
c. Pola perilaku dari kondisi lingkungan hidup.
d. Faktor nonformal, misalnya suhu, iklim, dan cuaca.
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam nabati
Berikut jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam memnuhi kebutuhan sehari-hari yaitu:
a. Sumber karbohidrat, misalnya: padi, jagung, dan umbi-umbian.
b. Sumber lemak, misalnya: kelapa, kelapa sawit, dan kacang tanah.
c. Sumber protein, misalnya: kedelai, kacang hijau dan kacang-kacangan.
d. Sumber vitamin dan mineral misalnya, sayur dan buah-buahan.
e. Sumber sandang atau pakaian dan pembuat karung pembungkus lainnya, misalnya: kapas, sutra, dan serat sisal.
f. Bahan minyak asiri, misalnya: cengkih, sereh, tengkawang, kenanga dan kayu putih.
g. Bahan baku mebel, misalnya: kayu jati, kayu hutan, rotan rasamala, bambu dan meranti.
h. Sumber obat obatan atau apotek hidup, misalnya: jahe, kencur, kunyit, temu lawak, kumis kucing, dan jenis tanaman obat lainnya.
i. Untuk keperluan industri dari tanaman perkebunan, misalnya: teh, kopi, tebu, tembakau, vanili, lada, dan gambir.
j. Untuk tanaman hias, misalnya: anggrek dan tanaman hias lainnya.
3. Pemanfaatan sumber daya alam hewani
Berbagai jenis hewan ternak dan unggas atau bangsa burung dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, antara lain:
a. Sumber pangan dan sandang misalnya daging hewan ternak, telur, kulit, dan buku.
b. Untuk membuat benda-benda budaya berupa hasil seni dan kerajinan tangan manusia.
c. Untuk meningkatkan nilai kehidupan dan inspirasi nilai budaya manusia misalnya burung mengepakkan sayap memberi inspirasi terhadap pengembangan industri pesawat terbang, kapal selam berbentuk ikan, kicauan burung menciptakan lagu.
4. Pemanfaat sumber daya alam hasil tambang
Barang tambang di Indonesia terdapat di darat dan laut. Kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia di kelola oleh pihak swasta maupun asing dengan konsesi atau izin perintah. Biasanya dengan ketentuan bagi hasil.
Usaha pertambangan dan bahan galian dalam pembangunan di Indonesia mempunyai peranan, yaitu:
a. Menambah pendapatan Negara karena di ekspor keluar negeri,
b. Memperluas lapangan kerja,
c. Memajukan bidang transportasi dan telekomunikasi,
d. Memajukan industri dalam negeri.
Pemanfaatan sumber daya alam hasil tambang bagi kehidupan manusia yaitu:
a. Minyak dan gas bumi digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, menggerakkan mesin pabrik, dan bahan bakar rumah tangga serta industri.
b. Batu bara digunakan untuk bahan bakar, bahan mentah cat, bahan peledak, obat-oabtan dan wewangian atau parfum
c. Aluminium digunakan untuk industri kapal terbang, mobil, mesin-mesin dan alat-alat rumah tangga.
d. Timah sebagai bahan untuk membuat pipa ledeng, logam patri, kabel telepon.
e. Nikel untuk campuran industri besi baja agar kuat dan tahan karat.
f. Pasir kuarsa untuk membuat kaca.
g. Koalin sebagai bahan pembuat porselin.
h. Marmer untuk lantai dan hiasan dinding.
i. Tanah liat untuk membuat gerabah dan bata.
j. Pasir besi untuk baham besi tuang.
k. Tembaga untuk bahan kabel dan industri barang-barang perunggu serta kuningan.

Rabu, 10 September 2014

Proses Terjadinya Fenomena Aurora

Proses terjadinya aurora merupakan fenomena alam yang indah seperti terjadinya pelangi namun fenomena aurora hanya terjadi pada bagian belahan bumi tertentu. Alam sepertinya selalu menunjukkan peristiwa yang mengagumkan dan terasa sangat menakjubkan. Berbagai fenomena alam yang kita temui di sekeliling kita merupakan peristiwa ilmiah yang bisa dijelaskan apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Fenomena aurora merupakan salah satu peristiwa alam yang bisa terlihat pada langit malam di atas langit selama musim dingin. Bagaimana penjelasan ilmiah mengenai proses terjadinya aurora?? simak ulasan berikut ini.

Proses Terjadinya Aurora

Fenomena aurora merupakan gejala alam berupa pacaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer, yang berakibat dengan terjadinya interaksi antara medan magnetik dengan partikel  yang memiliki muatan, kemudian dipancarkan oleh matahari. Proses terjadinya aurora ini, karena ion mengalami penumbukkan terhadap angin matahari dan partikel magnetospheric yang disalurkan sepanjang garis magnet di bumi.
fenomena aurora

Aurora terjadi pada belahan bumi kutub utara dan kutub selatan yang memiliki perbedaan, seperti berikut :
1. Aurora Borealis
Borealis adalah kata Yunani untuk angin utara. Pada bagian belahan bumi utara, gejala alam yang sama ini disebut sebagai Northern Lights atau aurora borealis. Aurora Northern Lights hanya dapat dilihat pada wilayah Lingkaran Arktik, di sebelah utara Kanada, Alaska, Rusia, dan Skandinavia.
Pada belahan bumi bagian bumu utara, Aurora Baroealis terjadi seringkali terlihat dengan warna kemerahan di ufuk utara. Seolah-olah menunjukkan matahari akan terbit dari bagian itu. Aurora Borealis kerap kali terjadi pada waktu tertentu pada bulan September dan Oktober, kemudian antara bulan Maret dan April
2. Aura Australis
Pada aurora Australis mendapatkan namanya yang disesuaikan dengan dewa fajar Romawi, Aurora, yang juga merupakan kata Latin untuk fajar. Kemudian Australis berasal dari bahasa Latin yang berarti Selatan, sedangkan  Aurora Australis secara harfiah berarti fajar, atau cahaya selatan.
Aurora Australis  yang terjadi pada belahan bumi bagian selatan (Antartika) yang memiliki sifat yang hampir sama dengan Aurora Borealis. Namun Aurora Australis kadang-kadang mulai tampak pada puncak gunung iklim tropis, contohnya pada gunung tertinggi di Indonesia.

Proses Terjadinya Aurora

Fenomena Aurora terjadi karena tumbukan atom-atom yang mengenai partikel-partikel yang memiliki muatan, terutama elektron dan proton yang berasal dari Matahari. Partikel-partikel ini, kemudian terlempar dengan kecepatan tinggi yang lebih dari 500 mil per detik, kemudian terhisap oleh medan magnet Bumi yang berada di sekitar kutub utara dan selatan.
Pada bagian penting mengenai aurora ini bisa terbentuk yakni karena “angin Matahari” yaitu sebuah aliran partikel yang berasal dari Matahari. Angin Matahari tersebut membuat pergerakan sejumlah besar partikel listrik di atmosfer (sabuk Van Allen) .Energi inilah yang kemudian mempercepat gerak partikel sampai ke atmosfer yang kemudian akan bertabrakan dengan berbagai gas. Lalu menghasilkan warna-warna yang bergerak di angkasa.
Proses terjadinya aurora menimbulkan cahaya berwarna yang merupakan hasil dari partikel dan atom berbeda yang mengalami benturan. Perbedaan warna-wanBeberapa warna yang dihasilkan karena fenomena aurora, yaitu :
  • Aurora hijau – Hal ini terjadi akibat benturan partikel elektron dengan molekul nitrogen.
  • Aurora merah – akibat terjadinya benturan antara partikel elektron dengan atom oksigen.
  • Aurora hijau dan kuning – Terjadi karena partikel dengan muatan bertabrakan dengan oksigen
  • Aurora biru – Ketika terjadi tabrakan antara partikel dengan nitrogen.